Hi's Like, Idiot But Psiko

Show Time {Mengandung Adegan Sadis}



Show Time {Mengandung Adegan Sadis}

0Masih belum ada yang bisa menjawab, bola semakin berputar ke tengah. Mereka mulai tampak panik, entah jawaban apa yang akan mereka jawab. Suara bola yang berputar perlahan bagaikan bom waktu bagi mereka. Waktu yang tersisa tinggal sedikit, mereka tahu itu.     

Antonio tidak mau mengambil risiko, dia mulai menjawab. Benar atau salah, yang pasti dia tidak mau seperti pecundang yang diam saja menunggu siksaan datang. Bagaimanapun dia harus mencoba tapi permainan yang sedang mereka mainkan sulit dimengerti apalagi mereka harus menyusun puzzle agar mereka bisa mengetik jawabannya.     

Melihat Antonio mulai sibuk menyusun puzzle, Roberto ikut membantu. Oliver dan Austin pun tidak mau kalah, mereka juga mulai menyusun puzze. Jika Antonio dan Roberto bisa menjawab terlebih dahulu maka mereka yang akan menerima siksaan terlebih dahulu.     

Entah apa jawaban yang akan mereka berikan, tapi mereka akan menjawab sesuai dengan insting mereka. Antonio dan Roberto sudah hampir selesai menyusun puzzle, tentunya hal itu semakin membuat Oliver panik. Mereka juga melakukannya dengan terburu-buru, sehingga puzzle sudah tersusun. Mereka segera menjawab pertanyaan yang ada sehingga bola berhenti berputar.     

Maximus melihat mereka dengan ekspresi puas. Kepanikan merekalah yang membuatnya puas. Jantung mereka berdetak cepat saat menunggu hasil dari jawaban yang mereka berikan. Mata Oliver tidak lepas dari kursi yang dia duduki, sungguh dia sangat takut membayangkan apa yang akan keluar dari kursi tersebut.     

"A-Apakah jawaban kami sama-sama benar?" jawab Oliver karena tidak ada reaksi apa pun sama sekali.     

"Apa kau kira jawabanmu sudah benar?" tanya Maximus.     

"Tidak ada reaksi berarti jawaban kami benar, bukan?" Oliver hendak menarik tangannya keluar namun tiba-tiba saja tangannya kembali dijepit sehingga dia berteriak kesakitan.     

"Apa yang terjadi?" teriaknya namun tiba-tiba saja bola yang ada di tengah meja berputar kembali ke tempat semula.     

"Bersiaplah kalian, waktu kalian dihitung mundur dan begitu bola itu kembali ke tempatnya, secara otomatis siksaan yang akan kalian dapatkan dimulai!" ucap Maximus.     

"Apa... Apa maksudmu? Apa jawaban kami salah?" teriak Oliver.     

"Bagi yang salah akan mendapat siksaan, jangan lupa dengan perkataanku sebelum memulai permainan!"     

"Sial, sebenarnya permainan macam apa ini?" teriak Antonio.     

Untuk seumur hidup, dia belum pernah menghadapi situasi seperti ini. Dia memang suka menyiksa sandera namun dia tidak pernah mengajak sandera bermain permainan seperti ini yang membuat sandera tertekan dan mengalami rasa takut yang teramat sangat sebelum siksaan itu datang dan sialnya, dia harus mengalami hal itu. Sungguh situasi saat ini begitu memalukan, seorang Antonio, mafia paling ditakuti di Rusia harus mengalami rasa takut seperti itu bahkan kedua kakinya terasa gemetar.     

Tidak saja dia yang merasa takut, ketiga sandera lain juga merasa demikian. Kaki mereka juga gemetar apalagi bola sudah hampir sampai ke tempatnya. Entah jawaban mereka benar atau tidak, entah siapa yang akan mendapatkan siksaan terlebih dahulu tapi yang pasti mereka harus merasakan tekanan yang menakutkan. Mata mereka tidak lepas dari bola sampai bola itu berhenti. Ludah di teguk dengan kasar namun tidak lama kemudian teriakan Oliver dan Austin terdengar. Sepertinya mereka yang akan mendapatkan siksaan terlebih dahulu.     

"Sial, apa yang terjadi? Kenapa kedua tanganku terasa panas!" teriak Oliver.     

Kedua tangannya terasa panas di dalam kotak bahkan semakin terasa panas. Entah apa yang terjadi tapi dia yakin di dalam sana tidak ada api dan baranya. Tidak saja teriakan Oliver, teriakan Austin pun terdengar karena apa yang dirasakan oleh Oliver juga dirasakan oleh Austin.     

Maximus beranjak, tangannya terasa gatal. Darahnya pun mendidih. Alat penyiksaan yang ada di kursi dimatikan karena dia ingin memberikan siksaan itu pada mereka dengan kedua tangannya. Tidak menyenangkan hanya jadi penonton saja, jiwa psikopatnya sudah bergejolak sedari tadi, dia sudah tidak sabar mengotori tangannya dengan darah.     

"Bawakan meja itu kemari, Jared!" perintah Maximus.     

"Ma-Mau apa kau?" teriak Antonio. Dia punya firasat buruk akan hal itu.     

"Tidak seru menjadi penonton, aku sudah sangat ingin merobek daging kalian menggunakan kedua tanganku ini!" ucap Maximus sambil tersenyum.     

"A-Apa yang terjadi dengan kedua tanganku, kenapa panas?" teriak Oliver karena dia masih merasa panas.     

"Kalian nikmati sensasinya baik-baik selama aku memberikan sensasi lain untuk mereka berdua!"     

"Jangan gila kau, bunuh kami sekarang!" teriak Roberto. Entah apa yang terjadi dengan Oliver dan Austin tapi bisa dilihat jika mereka berdua kesakitan.     

Meja sudah dibawa mendekat oleh Jared, puluhan benda tajam berada di atas meja dan tentunya Antonio dan Roberto menelan ludah dengan susah payah. Maximus mengambil sebuah gergaji kecil dan menyalakannya, suara dari mesin itu membuat bulu roma mereka meremang.     

"Siapa yang harus aku eksekusi terlebih dahulu?" tanya Maximus.     

"Jangan lakukan, jawaban kami sudah benar jadi lepaskan kami!" teriak Antonio.     

"Sayang sekali, Antonio. Jawaban dari permintaan kambing itu salah. Mereka tidak meminta penyihir itu menyingkirkan para buaya namun mereka meminta penyihir itu membawa mereka pulang karena mereka tersesat dan tidak ada tempat yang lebih nyaman selain rumah. Cukup sederhana, bukan? Seharusnya kau bisa menjawab jika kau membaca pertanyaan itu baik-baik!"     

"Sial, jawaban macam apa itu? Bukankah kami harus memilih dari dua jawaban yang ada?" teriak Antonio tidak terima.     

"Ck.. Ck.. Tidak ada yang berkata demikian. Jika kau berada di posisi kambing, apa yang akan kau pinta? Tentu kau akan meminta supaya bisa pulang di mana kau bisa tidur, makan dan tidur sepuasmu dari pada berada di tempat asing oleh karena itu, jawablah pertanyaan tersebut sesuai dengan logika!"     

"Ha... Ha... Ha...!" Antonio tertawa putus asa. Sungguh dia dipermainkan oleh pertanyaan anak-anak yang menjebak sehingga membuat mereka harus mendapati siksaan.     

"Bagaimana, heh? Sepertinya kau yang terlebih dahulu akan mendapat siksaan. Sepertinya aku harus membuka tempurung kepalamu untuk melihat isinya!"     

"Jangan... Jangan lakukan hal itu, Maximus Smith!" teriak Antonio namun tiba-tiba saja dia dikejutkan sesuatu yang menusuk belakang lehernya. Sebuah alat penjepit yang keluar dari kursi tiba-tiba menjepit lehernya. Tidak itu saja, wajahnya juga dijepit oleh penjepit lainnya.     

"Lepaskan adikku, lepaskan!" teriak Roberto.     

"Show time!" mesin gergaji mulai berbunyi, tentunya gergaji itu biasanya dipakai oleh dokter bedah saat praktek.     

"Jangan lakukan!" teriak Antonio.     

"Jangan sentuh adikku!" teriak Roberto pula.     

Mereka berdua berteriak, mata Antonio melotot melihat mata gergaji yang tajam sudah dekat di dahinya. Seringai menghiasi Maximus, mata gergaji itu semakin dekat dan tidak lama kemudian, teriakan Antonio terdengar saat gergaji memotong tempurung kepalanya.     

Roberto berteriak marah melihat siksaan yang didapatkan oleh adiknya. Maximus tertawa terbahak saat darah menciprat ke wajah dan pakaiannya. Oliver dan Austin ketakutan melihat apa yang dilakukan oleh pria psikopat itu. Rasa panas yang mereka rasakan ditangan sudah tidak terasa lagi tapi mereka bisa merasakan sakit akibat rasa panas itu. Tubuh Antonio menggelepar, darah mengalir membasahi dahinya namun dia tidak akan mati karena sesuatu yang menusuk ke lehernya adalah sebuah jarum suntik yang mengandung semacam cairan obat.     

Kedua tangan Maximus sudah bersimbah darah, mesin gergaji sudah berhenti karena dia sudah selesai. Jared menghampirinya untuk mengambil mesin itu dari tangannya. Dada Maximus bergemuruh, jiwa psikopatnya berkobar dan sulit untuk dipadamkan sebelum dia puas menyiksa keempat sandera itu.     

Tempurung kepala Antonio diangkat menggunakan kedua tangannya dan setelah itu, isi kepala Antonio terlihat dan tempurung kepalanya dilemparkan ke atas lantai begitu saja. Maximus tampak begitu puas, otak pria itu paling cocok menjadi makanan peliharaan barunya nanti.     

Oliver berteriak histeris, dia bahkan pingsan saat melihat keadaan Antonio. Pria itu juga pingsan akibat rasa sakit yang dia rasakan di kepalanya. Kedua kaki Austin gemetar hebat, dia bahkan terkencing tanpa sadar.     

"Kau pria gila, kenapa kau melakukan hal itu pada adikku!" teriak Roberto tidak terima.     

"Kenapa? Sekarang aku bertanya padamu, kenapa kau membunuh keluarga Aleandra?" tanya Maximus pula.     

"Itu adalah dendam antara aku dan ayahnya jadi seharusnya kau tidak ikut campur!"     

"Aku ikut campur karena dia dendam padamu dan aku sudah bersumpah akan membantunya balas dendam oleh sebab itu, dendamnya juga dendamku. Sebelum aku membereskan mereka, aku akan membereskan kau terlebih dahulu agar kau merasakan apa yang adikmu rasakan!" ucap Maximus.     

"Jangan coba-coba menyentuhku!" teriak Roberto.     

"James, berikan itu padaku!" perintah Maximus. Kini dia melangkah mendekati Roberto karena pria itulah yang akan mendapatkan siksaan.     

Roberto berusaha memberontak, dia berusaha keras namun kursi yang dia duduki tidak bergoyang sedikit pun. Lehernya juga dijepit seperti Antonio bahkan kepalanya disandarkan di kursi agar dia tidak bisa menggerakkan kepalanya.     

Teriakan Antonio terdengar, tiba-tiba saja sebuah benda tajam seperti sedang menyayat kedua tangannya. Semakin hari sayatan itu semakin terasa, dia bisa merasakan sesuatu yang ada di dalam meja memotong dagingnya sedikit demi sedikit.     

"Kau tahu, untuk menghentikan pisau itu bekerja kau membutuhkan beberapa indera yang kau miliki. Selama beratnya tidak cukup, maka benda tajam yang ada di dalam sana akan mengikis dagingmu sampai habis dan?" tiba-tiba saja dari kursi itu muncul ratusan paku dan paku-paku itu tidak saja berada di kursinya namun berada di kursi milik Antonio juga.     

"Apa lagi ini?!' teriak Roberto.     

"Selama timbangannya kurang, maka tidak saja alat itu yang akan terus bekerja tapi paku-paku itu akan menusuk ke dalam tubuh kalian. Semakin lama akan semakin dalam dan ah?" Max menghentikan ucapannya sejenak dan tersenyum, senyumnya sungguh menakutkan sampai membuat Roberto menelan ludah, "Kepalamu akan dijepit jadi pintarlah bermain jika tidak ingin kepalamu pecah seperti adikmu!" ucap Maximus lagi.     

"Keluarkan aku dari sini, keluarkan aku!" teriak Austin tiba-tiba.     

"Ck, Master. Pria itu mengompol!" ucap Jared saat melihat ada air yang mengalir di dekat kaki Austin.     

"Bagus, dia memang harus basah. Tunggu aku selesai dengan pria ini maka gilirannya dan setelah dia giliran wanita itu!" ucap Maximus.     

"Lepaskan aku, lepas!" pinta Austin. Sungguh dia tidak mau berada di tempat seperti itu dan mengalami siksaan apa pun tapi apakah dengan teriakannya akan menghentikan siksaan yang dia dapat? Tentu tidak karena bagian Roberto sudah akan dimulai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.